Senin, 11 November 2013

Yang Unik dan Menarik dari Cirebon


Cirebon merupakan salah satu kota di Jawa Barat, kota ini mempunyai julukan yaitu kota udang.Cirebon sendiri terkenal akan keberagaman budaya nya,mulai dari kuliner,tempat wisata,dll.
 Bagi yang sudah tidak sabar silahan lihat berita nya di bawah ini.

          Banyak versi mengenai asal nama Kota yang dikenal sebagai Kota Udang ini. Salah satunya Cirebon merupakan gabungan Cai (artinya, air dalam bahasa sunda) dan Rebon (artinya udang). Sebagai kota yang memiliki pelabuhan laut yang ramai pada abad 16, banyak pedagang dari portugis dan belanda yang singgah. Mereka menyebut Cirebon dengan sebutan Garage (artinya garasi dari bahasa inggris), karena Cirebon sering digunakan sebagai kota transit dan menjadi gudang penyimpanan barang-barang dagangan mereka.
Keraton Kanoman
 
          Berjalan-jalan di kota kecil ini tidak membutuhkan biaya transportasi dan akomodasi yang mahal. Satu tempat ke tempat lain mudah dijangkau oleh angkutan umum dan becak. Walaupun saya sering mengunjungi Cirebon, baru kali ini saya memiliki kesempatan menelusuri kota yang sama panasnya dengan Jakarta. Ternyata banyak objek menarik dari kota yang luasnya hanya 74 km persegi.
          Saya memulai perjalanan dari Keraton Kanoman. Keraton ini berdekatan dengan Pasar Kanoman yang sangat terkenal. Karena letaknya berdekatan dengan pasar, lumrah saja jika melihat banyak sekali pedagang yang berjualan di sekitar Keraton. Bangunan ini terlihat kumuh dengan beberapa coretan hasil tangan usil. Keraton ini memiliki beberapa bangunan. Berada paling depan adalah sebuah pendopo berwarna putih yang catnya mulai terlihat kusam.
          Keraton Kanoman ini merupakan pusat peradaban keraton sebelum akhirnya terpecah belah menjadi beberapa keraton, seperti Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon. Keraton ini didirikan Sultan Kanoman I yang merupakan turunan ke-7 dari Sunan Gunung Jati.
          Keraton seluas 6 hektar ini terlihat sedikit kotor dan tidak terawat. Kedatangan saya disambut penduduk lokal yang menawarkan jasa menjadi tour guide. Ternyata masih banyak barang peninggalan Sunan Gunung Jati di keraton ini. Di dalam rumah bernuansa hijau yang menjadi museum Keraton, terdapat dua kereta bernama Paksi Naga Liman dan Jempana yang masih terawat baik dan tersimpan di museum.
Peninggalan Bersejarah Di Keraton Kasepuhan
 
          Selanjutnya, saya bergegas menuju Keraton Kasepuhan yang hanya sekitar 10-15 menit menggunakan becak. Keraton ini terlihat lebih terawat. Di sini, pengunjung dikenakan harga karcis masuk seharga Rp3000.  Pada pintu masuk, tertulis jadwal berkunjung, pukul 8.00-16.00 untuk hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis & Sabtu, untuk hari Jumat dari pukul 7.00-11.00, lalu ditutup untuk salat Jumat, dan dibuka kembali pukul 14.00-16.00. Sedangkan hari Minggu/Libur dari jam 8.00-17.00.
          Tak jauh dari keraton terdapat Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Baik masjid dan keraton didominasi warna senada, merah bata. Keraton sendiri banyak dipengaruhi kebudayaan hindu, islam dan cina. Banyak sekali peninggalan bersejarah mulai dari peralatan perang hingga kereta kencana. Selain itu, porselen dan lampu-lampu hias ala Eropa menghiasi keraton ini. Di dalam keraton terdapat lukisan Prabu Siliwangi bersama seekor macan yang sorot matanya seolah mengikuti gerak gerik kita ke manapun dan di manapun posisi kita. Sedikit mistis ya?
Kampung Batik Trusmi
 
          Setelah puas mengunjungi dua keraton, saya melanjutkan perjalanan ke Kampung Batik Trusmi yang memakan waktu kurang lebih 20-30 menit menggunakan becak. Berbeda dengan Kampung Batik Kauman di Solo di mana hampir setiap rumah dalam area tersebut berjualan batik, Kampung Batik Trusmi ini lebih sepi dan lengang. Saya menuju ke sebuah toko yang cukup besar yang sekaligus memiliki workshop pembuatan batik tulis. Di sini, saya bisa melihat para pembuat batik menarikan jemari dengan cantingnya di atas kain batik yang telah dipola dengan desain khas Cirebon yang bertemakan Mega Mendung dan Keratonan.
          Proses membuat kain batik tulis cukup sulit dan butuh tangan terlatih. Agar bisa mahir, para pembatik ini butuh waktu 5-6 bulan agar terbiasa membubuhkan cairan lilin pada kain batik dengan canting. Setelah pola lukis dan pewarnaan kain selesai, kain kemudian akan dimasukkan ke dalam air mendidih untuk meluruhkan sisa-sisa lilin dan dijemur hingga kering. Hasil kain kemudian dipajang dan dijual dengan harga bervariati, mulai dari Rp50.000-Rp300.000. Selain batik tulis, toko tersebut juga menjual batik cetak yang harganya lebih murah.
Lezatnya Kuliner Cirebon
 
          Selain wisata budaya yang menarik, wisata kuliner di Kota Cirebon juga patut dicoba. Ada ayam goreng Hj.Sunarti  yang terletak di jalan Bahagia. Kedai ayam goreng yang berwarna hijau dan kuning ini lezat sekali. Belum lagi es kelapa mudanya yang manis dan segar, dengan isi yang cukup banyak.  Setelah makan, tak lupa saya mencicipi cemilan khas Kota Cirebon, apalagi kalau bukan Tahu Gejrot. Rugi rasanya kalau jauh-jauh ke Cirebon tidak mencicipi Tahu Gejrot dan Es Krim Durian.
          Kuliner lain yang perlu dicoba adalah Nasi Lengko Kagongan H.Barno. Kedai yang terletak di jalan Kagongan ini terkenal dengan Nasi Lengko dan Sate Kambingnya. Selain itu, sambil menunggu subuh, Anda bisa mencicipi Nasi Jamblang yang melegenda-yaitu Nasi Jamblang Mang Doel yang terletak tak jauh dari Pusat Perbelanjaan Grage Mall. Jika menyukai hidangan laut, Anda wajib berkunjung ke restoran H.Moel yang memiliki banyak cabang di kota Cirebon. Coba deh Udang Goreng Saus Tiram, Kangkung Terasi, dan Cumi Goreng Tepung.
"item"'>

Cirebon merupakan salah satu kota di Jawa Barat, kota ini mempunyai julukan yaitu kota udang.Cirebon sendiri terkenal akan keberagaman budaya nya,mulai dari kuliner,tempat wisata,dll.
 Bagi yang sudah tidak sabar silahan lihat berita nya di bawah ini.

          Banyak versi mengenai asal nama Kota yang dikenal sebagai Kota Udang ini. Salah satunya Cirebon merupakan gabungan Cai (artinya, air dalam bahasa sunda) dan Rebon (artinya udang). Sebagai kota yang memiliki pelabuhan laut yang ramai pada abad 16, banyak pedagang dari portugis dan belanda yang singgah. Mereka menyebut Cirebon dengan sebutan Garage (artinya garasi dari bahasa inggris), karena Cirebon sering digunakan sebagai kota transit dan menjadi gudang penyimpanan barang-barang dagangan mereka.
Keraton Kanoman
 
          Berjalan-jalan di kota kecil ini tidak membutuhkan biaya transportasi dan akomodasi yang mahal. Satu tempat ke tempat lain mudah dijangkau oleh angkutan umum dan becak. Walaupun saya sering mengunjungi Cirebon, baru kali ini saya memiliki kesempatan menelusuri kota yang sama panasnya dengan Jakarta. Ternyata banyak objek menarik dari kota yang luasnya hanya 74 km persegi.
          Saya memulai perjalanan dari Keraton Kanoman. Keraton ini berdekatan dengan Pasar Kanoman yang sangat terkenal. Karena letaknya berdekatan dengan pasar, lumrah saja jika melihat banyak sekali pedagang yang berjualan di sekitar Keraton. Bangunan ini terlihat kumuh dengan beberapa coretan hasil tangan usil. Keraton ini memiliki beberapa bangunan. Berada paling depan adalah sebuah pendopo berwarna putih yang catnya mulai terlihat kusam.
          Keraton Kanoman ini merupakan pusat peradaban keraton sebelum akhirnya terpecah belah menjadi beberapa keraton, seperti Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon. Keraton ini didirikan Sultan Kanoman I yang merupakan turunan ke-7 dari Sunan Gunung Jati.
          Keraton seluas 6 hektar ini terlihat sedikit kotor dan tidak terawat. Kedatangan saya disambut penduduk lokal yang menawarkan jasa menjadi tour guide. Ternyata masih banyak barang peninggalan Sunan Gunung Jati di keraton ini. Di dalam rumah bernuansa hijau yang menjadi museum Keraton, terdapat dua kereta bernama Paksi Naga Liman dan Jempana yang masih terawat baik dan tersimpan di museum.
Peninggalan Bersejarah Di Keraton Kasepuhan
 
          Selanjutnya, saya bergegas menuju Keraton Kasepuhan yang hanya sekitar 10-15 menit menggunakan becak. Keraton ini terlihat lebih terawat. Di sini, pengunjung dikenakan harga karcis masuk seharga Rp3000.  Pada pintu masuk, tertulis jadwal berkunjung, pukul 8.00-16.00 untuk hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis & Sabtu, untuk hari Jumat dari pukul 7.00-11.00, lalu ditutup untuk salat Jumat, dan dibuka kembali pukul 14.00-16.00. Sedangkan hari Minggu/Libur dari jam 8.00-17.00.
          Tak jauh dari keraton terdapat Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Baik masjid dan keraton didominasi warna senada, merah bata. Keraton sendiri banyak dipengaruhi kebudayaan hindu, islam dan cina. Banyak sekali peninggalan bersejarah mulai dari peralatan perang hingga kereta kencana. Selain itu, porselen dan lampu-lampu hias ala Eropa menghiasi keraton ini. Di dalam keraton terdapat lukisan Prabu Siliwangi bersama seekor macan yang sorot matanya seolah mengikuti gerak gerik kita ke manapun dan di manapun posisi kita. Sedikit mistis ya?
Kampung Batik Trusmi
 
          Setelah puas mengunjungi dua keraton, saya melanjutkan perjalanan ke Kampung Batik Trusmi yang memakan waktu kurang lebih 20-30 menit menggunakan becak. Berbeda dengan Kampung Batik Kauman di Solo di mana hampir setiap rumah dalam area tersebut berjualan batik, Kampung Batik Trusmi ini lebih sepi dan lengang. Saya menuju ke sebuah toko yang cukup besar yang sekaligus memiliki workshop pembuatan batik tulis. Di sini, saya bisa melihat para pembuat batik menarikan jemari dengan cantingnya di atas kain batik yang telah dipola dengan desain khas Cirebon yang bertemakan Mega Mendung dan Keratonan.
          Proses membuat kain batik tulis cukup sulit dan butuh tangan terlatih. Agar bisa mahir, para pembatik ini butuh waktu 5-6 bulan agar terbiasa membubuhkan cairan lilin pada kain batik dengan canting. Setelah pola lukis dan pewarnaan kain selesai, kain kemudian akan dimasukkan ke dalam air mendidih untuk meluruhkan sisa-sisa lilin dan dijemur hingga kering. Hasil kain kemudian dipajang dan dijual dengan harga bervariati, mulai dari Rp50.000-Rp300.000. Selain batik tulis, toko tersebut juga menjual batik cetak yang harganya lebih murah.
Lezatnya Kuliner Cirebon
 
          Selain wisata budaya yang menarik, wisata kuliner di Kota Cirebon juga patut dicoba. Ada ayam goreng Hj.Sunarti  yang terletak di jalan Bahagia. Kedai ayam goreng yang berwarna hijau dan kuning ini lezat sekali. Belum lagi es kelapa mudanya yang manis dan segar, dengan isi yang cukup banyak.  Setelah makan, tak lupa saya mencicipi cemilan khas Kota Cirebon, apalagi kalau bukan Tahu Gejrot. Rugi rasanya kalau jauh-jauh ke Cirebon tidak mencicipi Tahu Gejrot dan Es Krim Durian.
          Kuliner lain yang perlu dicoba adalah Nasi Lengko Kagongan H.Barno. Kedai yang terletak di jalan Kagongan ini terkenal dengan Nasi Lengko dan Sate Kambingnya. Selain itu, sambil menunggu subuh, Anda bisa mencicipi Nasi Jamblang yang melegenda-yaitu Nasi Jamblang Mang Doel yang terletak tak jauh dari Pusat Perbelanjaan Grage Mall. Jika menyukai hidangan laut, Anda wajib berkunjung ke restoran H.Moel yang memiliki banyak cabang di kota Cirebon. Coba deh Udang Goreng Saus Tiram, Kangkung Terasi, dan Cumi Goreng Tepung.

0 komentar:

Posting Komentar